Sholichin, Riyadus (2024) Tradisi Weh-wehan dalam Memperkuat Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Kediri.
Text
20101012_prabab.pdf Download (1MB) |
|
Text
20101012_bab1.pdf Download (614kB) |
|
Text
20101012_bab2.pdf Download (540kB) |
|
Text
20101012_bab3.pdf Download (430kB) |
|
Text
20101012_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (902kB) | Request a copy |
|
Text
20101012_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (576kB) | Request a copy |
|
Text
20101012_bab6.pdf Download (319kB) |
|
Text
20101012_daftarpustaka.pdf Download (240kB) |
Abstract
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman dalam berbagai etnis, agama, dan tradisi. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki berbagai macam tradisi yang menyebar di seluruh nusantara. Salah satu tradisi yang berada di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang adalah tradisi weh-wehan. Tradisi weh-wehan merupakan tradisi yang dilakukan pada malam ganjil di Bulan Ramadan untuk memperingati turunnya Al-Qur’an (nuzulul qur’an). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tradisi weh-wehan dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Responden atau informan dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat, sesepuh desa, dan tokoh agama. Hal ini peneliti lakukan untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan tradisi weh-wehan dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama. Hasil penelitian ini menemukan awal mula berkembangnya tradisi weh-wehan di Desa Wonosalam Kabupaten Jombang. Selain itu, temuan penelitian ini menemukan bahwa tradisi weh-wehan ada sebelum Islam masuk di tanah Jawa. Masyarakat Jawa sudah mengenal tradisi ini sejak nenek moyang mereka mulai menerapkan tradisi tersebut. Berawal dari seorang wali yang datang dari wilayah Majapahit untuk membabat hutan Wonosalam. Wali yang kerap dipanggil dengan sebutan Wali Wonosegoro/Mbah Senari tersebut memiliki peran penting dalam penyebaran tradisi tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat pepatah Jawa yang berada tepat di belakang makam Wali Wonosegoro. Pepatah tersebut berbunyi “cetil gopil, weweh wowoh.” Arti dalam pemaknaan kalimat tersebut dapat diartikan bahwa orang yang pelit maka rezekinya akan berkurang, sedangkan orang yang dermawan rezekinya akan bertambah. Selain itu, tradisi weh-wehan tidak hanya dilakukan terhadap sesama umat muslim saja. Weh-wehan dilakukan umat muslim kepada non muslim agar menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal ini mereka lakukan tanpa memandang apa agama yang mereka anut. Pemahaman seperti inilah yang membuat tradisi weh-wehan tetap terjaga hingga saat ini.
Item Type: | Thesis (Skripsi, Tesis, Disertasi) (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Subjects: | 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES (Filosofi dan Studi Agama) > 2202 History and Philosophy of Specific Fields > 220207 History and Philosophy of the Humanities 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES (Filosofi dan Studi Agama) > 2204 Religion and Religious Studies (Agama dan Studi Agama) > 220407 Studies in Religious Traditions (excl. Eastern, Jewish, Christian and Islamic Traditions) |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Jurusan Studi Agama-agama |
Depositing User: | RIYADUS SHOLICHIN |
Date Deposited: | 28 Aug 2024 07:58 |
Last Modified: | 28 Aug 2024 07:58 |
URI: | https://etheses.iainkediri.ac.id:80/id/eprint/14369 |
Actions (login required)
View Item |